Air merupakan kebutuhan yang sangat
vital dan penting bagi manusia. Adanya pencemaran pada sumber-sumber air menimbulkan
kesulitan bagi masyarakat untuk mendapatkan air bersih yang nantinya diolah
menjadi air minum yang layak. Beberapa pencemaran pada air sumber air ini
antara lain tingginya kandungan bakteri Coli serta kekeruhan yang cukup tinggi.
Maka dari itu untuk menghilangkan kekeruhan dan bakteri dilakukanlah suatu
proses penjernihan air dimana salah satu teknik yang digunakan adalah teknik
Slow Sand Filter.
Slow
Sand Filter atau bisa juga disebut Saringan Pasir Lambat digunakan untuk meningkatkan
kebutuhan dasar masyarakat khususnya mengenai kebutuhan akan air bersih yang
umumnya berada di daerah pedesaan, maka perlu disesuaikan dengan sumber air
baku serta teknologi yang sesuai dengan tingkat penguasaan teknologi dalam
masyarakat itu sendiri.
Sistem Slow Sand Filter merupakan teknologi pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air bersih dengan kualitas yang baik. Slow Sand Filter ini mempunyai keunggulan yaitu tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini sering menjadi kendala yang dialami pada proses pengolahan air di daerah pedesaan. Di dalam sistem pengolahan ini proses pengolahan yang utama adalah penyaringan dengan media pasir dengan kecepatan penyaringan 5 – 10 m3/m2/hari.. Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengedapkan kotoran yang ada dalam air baku yang selanjutnya di saring dengan Slow Sand Filter. Setelah disaring dilakukan proses khlorinasi dan selanjutnya ditampung di bak penampung air bersih lalu seterusnya di alirkan ke konsumen.
Jika
air baku baku dialirkan ke Slow Sand Filter maka kotoran-kotoran yang ada di
dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh karena adanya akumulasi kotoran
baik dari zat organik maupun zat anorganik pada media filternya akan terbentuk
lapisan (film) biologis. Dengan terbentuknya lapisan ini maka di samping proses
penyaringan secara fisika dapat juga menghilangkan kotoran (impuritis) secara
bio-kimia. Biasanya ammonia dengan konsetrasi yang rendah, zat besi, mangan dan
zat-zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan cara ini. Hasil dengan
cara pengolahan ini mempunyai kualitas yang baik.
Cara
ini sangat sesuai untuk pengolahan yang air bakunya mempunyai kekeruhan yang
rendah dan relatif tetap. Biaya operasi rendah karena proses pengendapan
biasanya tanpa bahan kimia. Tetapi jika kekeruhan air baku cukup tinggi,
pengendapan dapat juga memakai baghan kimia (koagulan) agar beban filter tidak
terlalu berat.
Secara
umum, proses pengolahan air bersih dengan Slow Sand Filter konvensional terdiri
atas unit proses yakni bangunan penyadap, bak penampung, saringan pasir lambat
dan bak penampung air bersih .
Umumnya
disain konstruksi dari Slow Sand Filter dirancang setelah didapat hasil dari
survai lapangan baik mengenai kuantitas maupun kualitas. Dalam gambar desain
telah ditetapkan proses pengolahan yang dibutuhkan serta tata letak tiap unit
yang beroperasi. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam
ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat
hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen
atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini
dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol. Untuk
sistem Slow Sand Filter Skonvensional terdapat dua tipe saringan yakni :
1.
Slow
Sand Filter Dengan Kontrol Pada Inlet
A. Kran untuk inlet air baku dan pengaturan laju penyaringan
B. Kran untuk penggelontoran air supernatant
C. Indikator laju air
D. Weir inlet
E. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih
F. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotor
G. Kran distribusi
H. Kran penguras bak air bersih
2. Slow Sand Filter Dengan Kontrol Pada Outlet
Keterangan :
A.
Kran untuk inlet air baku
B.
Kran untuk penggelontoran air supernatant
C.
Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih
D.
Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotor
E.
Kran pengatur laju penyaringan
F.
Indikator laju alir
G.
Weir inlet kran distribusi
H.
Kran distribusi
I.
Kran penguras bak air bersih
Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada sistem saringan pasir lambat antara lain yakni :
Bagian Inlet
Struktur
inlet dibuat sedemikian rupa sehingga air masuk ke dalam saringan tidak merusak
atau mengaduk permukaan media pasir bagian atas. Struktur inlet ini biasanya
berbentuk segi empat dan dapat berfungsi juga untuk mengeringkan air yang
berada di atas media penyaring (pasir).
Lapisan Air di Atas media Penyaring
(supernatant)
Tinggi
lapisan air yang berada di atas media penyaring (supernatant) dibuat sedemikian
rupa agar dapat menghasilkan tekanan (head) sehingga dapat mendorong air
mengalir melalui unggun pasir. Di samping itu juga berfungsi agar dapat
memberikan waktu tinggal air yang akan diolah di dalam unggun pasir sesuai
dengan kriteria disain.
Bagian Pengeluaran (Outlet)
Bagian
outlet ini selain untuk pengeluran air hasil olahan, berfungsi juga sebagai
weir untuk kontrol tinggi muka air di atas lapisan pasir.
Media Pasir (Unggun Pasir)
Media
penyaring dapat dibuat dari segala jenis bahan inert(tidak larut dalam air atau
tidak bereaksi dengan bahan kimia yang ada dalam air). Media penyaring yang
umum dipakai yakni pasir silika karena mudah diperoleh, harganya cukup murah
dan tidak mudah pecah. Diameter pasir yang digunakan harus cukup halus yakni
dengan ukuran 0,2-0,4 mm
Sistem Saluran Bawah (drainage)
Sistem
saluran bawah berfungsi untuk mengalirkan air olahan serta sebagai penyangga
media penyaring. Saluran ini tediri dari saluran utama dan saluran cabang,
terbuat dari pipa berlubang yang di atasnya ditutup dengan lapisan kerikil.
Lapisan kerikil ini berfungsi untuk menyangga lapisan pasir agar pasir tidak
menutup lubang saluran bawah.
Ruang Pengeluaran
Ruang
pengeluran terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan dengan sekat atau dinding
pembatas. Di atas dinding pembatas ini dapat dilengkapi dengan weir agar
limpasan air olahannya sedikit lebih tinggi dari lapisan pasir. Weir ini
berfungsi untuk mencegah timbulnya tekanan di bawah atmosfir dalam lapisan
pasir serta untuk menjamin saringan pasir beroperasi tanpa fluktuasi level pada
reservoir. Dengan adanya air bebas yang jatuh melalui weir, maka konsentrasi
oksigen dalam air olahan akan bertambah besar.
Pengolahan air bersih dengan
menggunakan sistem Slow Sand Filter konvensional ini mempunyai keunggulan
antara lain :
1) Tidak
memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah.
2) Dapat
menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
3) Dapat
menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses penyaringan berjalan
secara fisika dan biokimia.
4) Sangat
cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat sederhana.
Sedangkan beberapa kelemahan dari
sistem saringan pasir lambat konvensional tersebut yakni antara lain :
1) Jika
air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter menjadi besar,
sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya waktu pencucian filter menjadi
pendek.
2) Kecepatan
penyaringan rendah, sehingga memerlukan ruangan yang cukup luas.
3) Pencucian
filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengeruk lapisan pasir bagian
atas dan dicuci dengan air bersih, dan setelah bersih dimasukkan lagi ke dalam
bak saringan seperti semula.
4) Karena
tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring air gambut.
5) Untuk
mengatasi problem sering terjadinya kebuntuan saringan pasir lambat akibat
kekeruhan air baku yang tinggi, dapat ditanggulangi dengan cara modifikasi
disain saringan pasir lambat yakni dengan menggunakan proses saringan pasir
lambat “UP Flow (penyaringan dengan aliran dari bawah ke atas).
Sistem Slow Sand Filter “Up Flow”
Teknologi
Slow Sand Filter yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah Slow Sand
Filter konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow), sehingga
jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi
penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara
manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang
lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cucup banyak. Ditambah
lagi dengan faktor iklim di Indonesia yakni ada musim hujan air baku yang ada
mempunyai kekeruhan yang sangat tinggi. Hal inilah yang sering menyebabkan saringan
pasir lambat yang telah dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada
musim hujan.
Jika
tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan,
maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi
dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau
saringan “Up Flow” dengan media berikil atau batu pecah, dan pasir kwarsa /
silika. Selanjutnya dari bak saringan awal, air dialirkan ke bak saringan utama
dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Air yang keluar dari bak
saringan pasir Up Flow tersebut merupakan air olahan dan di alirkan ke bak
penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen dengan cara
gravitasi atau dengan memakai pompa. Diagram proses pengolahan serta contoh
rancangan konstruksi saringan pasir lambat Up Flow ditunjukkan pada gambar di
bawah ini :
Dengan
sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up Flow), jika saringan telah jenuh
atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka kran penguras.
Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas lapisan pasir
dapat berfungi sebagai air pencuci media penyaring (back wash). Dengan demikian
pencucian media penyaring pada saringan pasir lambat Up Flow tersebut dilakukan
tanpa pengeluran atau pengerukan media penyaringnya, dan dapat dilakukan kapan
saja. Saringan pasir lambat “Up Flow” ini mempunyai keunggulan dalam hal
pencucian media saringan (pasir) yang mudah, serta hasilnya sama dengan
saringan pasir yang konvesional. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan
berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
No comments:
Post a Comment